Banyak orang memulai awal tahun dengan membuat goals atau resolusi, Sering kali resolusi yang ditulis di awal tahun berhenti di tengah jalan dan pada akhirnya bingung tentang arah hidup.
Hal ini juga pernah gue alamin di 2022 dimana dipertengahan tahun gue bingung dan gatau mau ngapain kedepannya. hal tersebut mempengaruhi pikiran dan keyakinan gue akan hal-hal yang mau gue capai. Saat itu gue mulai meragukan diri sendiri dan akhirnya bingung juga linglung
Tapi gue menemukan satu hal yang menarik yang membuat gue sedikit tercerahkan.
Start With Why
Pernah mendengar nama Samuel Pierpont Langley?
Mungkin kebanyakan dari kita asing membaca nama tersebut.
Pada awal tahun 1900 semua orang berlomba-lomba menciptakan pesawat terbang, salah satunya Samuel Pierpont Langle lulusan Harvard dan bekerja di Smithsonian (Lembaga RnD). Samuel Pierpont Langley mendapatkan semua dukungan yang ada untuk bisa menjadi orang pertama yang bisa menciptakan dan menerbangkan pesawat. Samuel Pierpont Langley tidak mempunyai masalah dengan dana, di belakangnya ada banyak investor termasuk Departemen Perang Amerika yang menyediakan dana hingga $50,000 dan koneksi kepada orang-orang penting hingga minat publik yang tinggi terhadap dirinya. Bagaimanapun keberhasilannya di jamin.
Di sisi lain, Wilbur dan Orville Wright juga memulai percobaan penerbangan. Mereka tidak mendapat dukungan dana pemerintah, tidak ada para ahli terbaik bahkan di tim mereka tidak ada yang mempunyai gelar pendidikan tinggi. Mereka tetep bekerja keras dan gigih, hasilnya pada tanggal 17 Desember 1903 tim ini akhirnya mampu merealisasikan visi untuk menjadi orang pertama yang dapat terbang dengan pesawat.
Lalu, kenapa Wilbur dan Orville Wright berhasil sedangkan Samuel Pierpont Langle tidak?
Padahal mereka sama-sama memiliki motivasi yang tinggi, keduanya juga memiliki etos kerja yang sangat baik. Keduanya mempunyai scientific mind. Tujuannya pun sama, jawabannya adalah karena hanya Wright bersaudara yang bisa menginspirasi sekeliling dan tim mereka dan memimpin timnya untuk dapat menciptakan dan mengembangkan sesuatu yang mereka percaya dapat mengubah dunia. And it because only Wright brothers started with why.
The Golden Circle
Pertanyaanya, apa yang dimaksud dengan start with why?
Agar lebih mudah dipahami Simon Sinek menjelaskan pada vidio TEDx Talks pada tahun 2009 mengenai golden circlee dan lebih detail pada bukunya berjudul ‘Start With Why’ menjelaskan konsep The Golden Circle. konsep ini terinspirasi dari ‘golden ratio’ — persamaan matematika sederhana yang sering ditemui dalam berbagai bidang seperti arsitektur, biologi, seni rupa, dan lainnya. Persamaan ini menunjukan bahwa secara alamiah banyak keteraturan yang terlewat oleh kita.
Golden Circle terdiri dari tiga lapisan lingkaran dengan lapisan terdalam yaitu WHY, kemudian lapisan tengah HOW dan lapisan terluar WHAT.
Konsep ini menjelaskan bahwa sebaiknya kita memiliki ‘alasan’ dalam melakukan sesuatu lalu bergerak untuk memikirkan bagaimana dan selanjutnya memikirkan apa yang harus dilakukan. Kita bergerak dari dalam lingkaran terdalam (WHY), menuju keluar (WHAT), bukan sebaliknya.
Terdengar sederhana, namun dalam kenyataan seringkali kita tahu apa yang harus kita kerjakan (WHAT), kita juga tahu dengan baik bagaimana kita mengerjakannya, tetapi hanya sedikit yang tahu alasan kenapa kita harus mengerjakannya (WHY).
Kembali kepada Wright bersaudara, mereka berhasil karena mereka memiliki alasan yang kuat untuk melakukan percobaan penerbangan. Mereka percaya jika mereka bisa menciptakan ‘mesin terbang’ ini, hal itu dapat merubah arah perkembangan dunia dan mengubah dunia lebih baik. Mereka memiliki ‘WHY’ yang sangat jelas dan alasan tersebut beresonansi, memberikan inspirasi kepada anggota tim yang lain.
Sedangkan, Langley tidak memiiki alasan tersebut dia hanya terobsesi pada ‘APA’ yang bisa dia dapatkan jika menciptakan pesawat terbang, dia hanya ingin kaya dan terkenal , Langley tidak memiliki ‘WHY’ sehingga tidak menginspirasi timnya.
Otak Manusia
Otak manusia modern memiliki bagian otak bernama neocortex bagian otak yang bertanggung jawab atas rasionalisasi, pemikiran analitis, serta kemampuan berbahasa, ini sama dengan bagian terluar golden circle yaitu WHAT.
Lalu terdapat dua bagian pada dalam otak manusia dinamakan limbic brain bagian otak yang bertanggung jawab atas semua perasaan yang kita miliki, seperti rasa percaya maupun loyalitas. Bagian ini berperan besar dalam mengambil banyak keputusan manusia, bagian ini selaras dengan HOW dan WHY pada konsep Golden Circle.
Lantas memangnya kenapa jika otak kita mempunyai hierarki seperti itu?
Menurut Sinek, kebanyakan orang berkomunikasi dengan memulai aspek “apa” yang mereka lakukan, kemudian berbicara tentang “bagaimana” dan “mengapa” mereka melakukan pemasaran yang mereka lakukan saat ini.
Contoh kecilnya dapat kita lihat dari marketing message sebuah brand smartphone.
Ketika kita akan membeli sebuah Smartphone dan mencoba memulai komunikasi dengan WHAT, otak kita memang dapat memproses informasi fitur dan spesifikasi smartphone tersebut dengan baik. Kita seharusnya membeli Smartphone dengan spesifikasi yang lebih baik dan fitur terbaru, tapi terkadang kita tidak mengambil keputusan berdasarkan rasionalisasi tersebut. Keputusan kita terpengaruh oleh level WHY dari sebuah pesan. Itulah mengapa dengan harga yang sama dan spesifikasi yang lebih baik, sebuah smartphone merk Cina dan Korea bisa kalah oleh iphone.
Secara rasional, seharusnya kita memilih smartphone dengan spesifikasi yang lebih baik. Namun, kita tetap memilih iPhone tanpa alasan yang jelas. Hal itu karena Apple memulai hal dengan WHY, kita memutuskan membeli iphone karena Apple dapat menginspirasi kita melalui produknya. Apple dapat menyentuh limbic brain kita dengan WHY.
Apple percaya untuk selalu think differently.
Kita semua menangkap pesan Apple di setiap marketing message Apple, itu juga yang membuat Apple tidak hanya menguasai pasar smartphone, Apple tidak berfokus pada WHAT, tapi apple berfokus pada WHY yang mereka miliki dan berhasil menginspirasi orang sehingga orang membeli Apple bukan hanya karena spesifikasi tetapi juga karena Apple membantu mereka dan memudahkan banyak hal. Hal itulah yang membuat orang rela antri panjang dalam peluncuran iPad terbaru, padahal sebenarnya mereka bisa mendapatkan iPad tersebut tanpa antri pada minggu selanjutnya. Rasionalisasi seringkali kalah oleh perasaan yang kita miliki.
Tetapi itu wajar, karena perasaan yang kita miliki muncul dari limbic brain yang tidak memiliki kemampuan berbahasa. Jawaban yang kita keluarkan merupakan perasaan yang dirasionalisasi dan dibahasakan oleh neocortex. Itu juga mengapa, ketika kita diharuskan untuk menentukan sesuatu, terkadang kita hanya mengandalkan feeling.
Dengan mengetahui bagaimana otak kita bekerja, akan lebih mudah bagi kita untuk dapat memanfaatkan potensi yang ada, bukan hal yang buruk jika kita mengambil keputusan menggunakan feeling. jika semua keputusan hanya di ambil berdasarkan logika dan rasionalisasi, tidak akan ada penemuan-penemuan baru, inovasi akan terbatas dan bahkan tidak ada pemimpin-pemimpin ‘gila’ yang dapat menginspirasi banyak orang.
How To Use The Golden Circle
Kunci dari Golden Circle adalah urutan melakukan step-stepnya Di awali degan Why, lanjut ke How, dan What.
WHY = Purpose Pertanyaan ini memberi kita clarity dan menjadikan langkah kita lebih meaningful.
- Mengapa kita bangun dan bekerja setiap hari?
- Mengapa kita melakukan pekerjaan kita?
- Mengapa kita lebih memilih X dibandingkan lainnya?
HOW = Process Setelah tau ‘Why’, terus gimana caranya agar kita mencapai purpose itu
- Cari tau, seberapa relevan aktivitas kita saat ini sama your why
- Gimana kita mewujudkan ‘Why’ jadi action?
Pada tahap ini kita akan sadar kalo:
- Cara kita udah sesuai dengan tujuan kita
- Cara kita engga sama sekali sejalan dengan tujuan
- Sebagian cara kita engga sejalan dengan tujuan
WHAT = Result
- Apa produk/jasa yang kita hasilkan sejalan sama ‘Why’ dan ‘How’?
Hasilnyaa jika kita menggunakan konsep ini, Golden Circle akan membantu kita untuk
- Tau dan punya tujuan yang kuat.
- Menghasilkan sesuatu yang resonate sama purpose kita.
- Hasilnya lebih baik dan long-lasting.
So, How To Find Your ‘Why’?
Saat kita akan memanah anak panah, kita harus memundurkan anak panah 180 derajat kebelakang sebelum melepaskan anak panah tersebut ke target.
Bergitu pula dengan WHY
WHY tidak datang dari arah kita melihat sesuatu yang ingin kita capai, atau strategi yang kita buat. WHY datang dari dalam diri kita sendiri, dari keyakinan kita sendiri.
Hampir semua orang sudah mengetahui apa yang menjadi WHY mereka.
Tinggal bagaimana kita yakin dan konsisten pada ‘alasan’ yang kita miliki tersebut.
Memang sulit akan ada banyak hal-hal yang membuat kita ragu. kegagalan, omongan-omongan orang yang meremehkan kita, akan selalu ada kondisi-kondisi buruk yang menerjang kita.
tapi saat hal-hal tersebut terjadi
Kita hanya perlu duduk tenang, bertanya pada sendiri, lalu kembali meyakinkan diri untuk tetap percaya pada apa yang selama ini sudah kita dapati.
“It is the discipline to trust one’s gut, to stay true to one’s purpose, cause or beliefs.”